Semakin Berkurangnya Umur Kita

بسم الله الرحمن الرحيم

🌾🌾 RENUNGAN MALAM 🌾🌾

” HIDUPKU BOLEH BERAKHIR, TAPI PAHALAKU HARUS TETAP MENGALIR “

Saudara ku…
Mari sejenak kita tafakur, bayangkan.. kalau hari ini misalkan kita menjadi salah satu dari penghuni kubur, sendirian tanpa seorang teman, terputus dari semua amalan yang dulu bisa kita lakukan, sambil menunggu hari perhitungan dengan perasaan ketakutan .

Waktu itu rasa kesepian yang sebenarnya akan kita rasakan, hanya ditemani amal yang dulu ketika di dunia pernah kita lakukan, Karib kerabat, handai taulan, anak keturunan menangis melepas kepergian kita tp setelahnya, mereka pun lupa : (

Saudaraku dalam suasana yang demikian, ternyata ada juga beberapa insan yang pahala kebaikannya terus ia dapatkan.

Jasad mereka bersemayam dengan tenang di alam kubur walau bersendirian, hidup mereka memang berakhir, namun balasan pahala mereka tidak berhenti terus mengalir. Pahala mereka terus berdatangan, padahal jasad mereka terdiam bersemayam dg tenang, sambil menunggu datangnya hari perhitungan.

Sungguh masa pensiun yang sangat indah dan menyenangkan.

Saudaraku.. manakah pilihan anda di antara dua hal :
Menjadi hamba yang tersiksa di kuburan dengan amal yang pas – pasan???

Atau menjadi hamba yang berbahagia dengan aliran pahala yang terus datang???

Aku yakin…haqqul yakin pilihan yang kedua lah yang akan kalian lakukan. Tapi saudaraku ada hal yang harus kita tempuh dan lakukan kalau hal yang kedua yang kita jadikan pilihan.
Apa itu???

Di bawah ini hadist nabi yang akan kami hadirkan, sebagai jawaban akan hal yang kita inginkan, simaklah dg penuh keimanan, dan renungkan lah untuk kemudian bersegera kita melakukan, dari hal yang paling mungkin bisa kita lakukan.

Hadist dari sahabat yang mulia Abu Huroiroh rodhiya Allaahu ‘anhu, Nabi shalla Allaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ ، وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ ، وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ ، أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ ، أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ ، أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ ، أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

” Diantara pahala amal mukmin yang akan tetap mengalir setelah kematiannya adalah:
1). Ilmu yang dia sebarkan,
2). Anak soleh yang dia tinggalkan,
3). Mushaf al-Quran yang dia wariskan,
4). Masjid yang dia bangun,
5). Rumah untuk Ibnu Sabil (orang yang di perjalanan),
6). atau Sungai yang dia alirkan,
7). Sedekah hartanya yang dia keluarkan ketika masih sehat dan kuat, yang masih dimanfaatkan setelah dia meninggal.

(HR. Ibnu Majah 249 dan dihasankan al-Albani)

Dalam hadis lain, dari Abu Huroiroh rodhiya Allahu ‘anhu, Rosulu Allaahu sholla Allahu ‘alaihi wa sallam. bersabda,

إِذَا مَاتَ ابن آدم الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثلاث ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputus darinya semua amalan kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim 4310)

Para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf , karena fisiknya tetap dan manfaatnya berkelanjutan.

Al-Khatib as-Syarbini – ulama syafiiyah – (w. 977 H). Dalam Mughni al-Muhtaj, beliau mengatakan,

الصدقة الجارية محمولة عند العلماء على الوقف كما قاله الرافعي ، فإن غيره من الصدقات ليست جارية

“Sedekah jariyah dipahami sebagai wakaf menurut para ulama, sebagaimana keterangan ar-Rafi’i. Karena sedekah lainnya bukan sedekah jariyah.” (Mughni al-Muhtaj, 3/522).

Diantara semangat beramal para sahabat, mereka yang mampu, semuanya pernah wakaf.

Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma menuturkan,

لَـمْ يَكُنْ أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِـيِّ صَلّى اللهُ عليهِ وسَلّم ذُو مَقدِرَة إِلّا وَقَفَ

Tidak ada seorangpun sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki kemampuan, kecuali mereka wakaf.

(Ahkam al-Auqaf, Abu Bakr al-Khasshaf, no. 15 dan disebutkan dalam Irwa’ al-Ghalil, 6/29).

Shodaqoh jariyah adalah sesuatu yang menjadi salah satu sebab dari mengalirnya pahala dan itu ada dengan mewakafkan sedikit harta yang kita miliki untuk agama.

AlhamduliLlaah kesempatan itu sekarang ada di hadapan anda wahai saudaraku, kesempatan untuk mendapatkan pahala yang terus mengalir walau raga kita telah terkubur di liang lahat sana.

Kami mengajak saudaraku semua, untuk mewakafkan harta dan ikut berpartisipasi dalam program penggalangan dana pembebasan wakaf tanah bagi para anak yatim dan kaum dhuafa dlm menghafal al-quran, bantu mereka untuk mewujudkan cita-cita mereka menjadi generasi penghafal al-quran, dengan mewakafkan harta anda di jalan Alloohu subhaanahu wa ta’ala dengan cara ikut wakaf untuk pesantren Bagi para penghafal Al-Quran.

Bantuan bisa anda lakukan melalui :

🏧 Rekening yayasan al-kautsar Al-islamiyah suka mukti Karawang

📌 BNI Syariah dg no rek. 700700518

Konfirmasi CP :

0813-3561-0780 ( Ustadz Abu Ayyub Bangun Al-langkati )

Atau datang langsung ke pesantren kami dg alamat; dusun suka mukti RT.16, RW. 07 DESA TELUKJAMBE. Kec. Teluk Jambe Timur, Kab. Karawang, Jawa barat.

Jazaakumu Alloohu khoiron, baaroka Alloohu fiikum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *